Archive for the ‘Puisi’ Category
21 Jun
Puisi ‘Unas’
Keringat Darah Bangsaku
by Soeharno
Di tanah tumpah darahku
Anak bangsa terkapar berkeringat darah
Emosi dan ambisi menghujam di setiap sudut negeri
Pemaksaan dan kebengisan terus terjadi
Beda pendapat bagai timah panas liar tak terkendali
Keringat darah anak bangsa membasahi raga
Keringat darah anak bangsa melumuri jiwa
Nurani dan etika hilang dari peradaban bangsa
Genderang perang terus dikobarkan
Sedumuk batuk, senyari bumi
Demi ambisi, mengapa kita harus berkelahi
Demi ambisi, mengapa keramahan anak bangsa kita habisi
Demi ambisi, mengapa kebrutalan dan kecongkaan, kita biarkan terus…terus dan terus terjadi
Demi ambisi, mengapa anarkisme dan kekerasan, kita biarkan terus…terus dan terus terjadi
Wahai pengayom dan pelindung anak bangsa, dimana posisimu
Wahai pengayom dan pelindung anak bangsa, sadar dan bangkitlah
Bangkit dan tegakkan hukum di negeri ini
Bertindaklah adil dan tegas, walau kadang diludahi dan dicaci maki
Sadarlah bangsaku, insyaflah pemimpinku
Bertindak arif sangatlah bijaksana
Demi masa depan anak cucu, bangsa dan negara.
14 Mei
Puisi
Potongan puisi Hok Gie yang sempat tercecer, baru muncul di harian Sinar Harapan 18 Agustus 1973. Judulnya “Pesan” dan cukilan pentingnya berbunyi:
Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka
yang tanpa tentara
mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi
Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?
7 Mei
KAU DAN PUISI
Kau bagiku
adalah jelmaan puisi
kerap kutemui
pada raut pagi
di antara daun basah
dan bau tanah lembab,
senyum matahari
merah tembaga mega
di cakrawala,
semilir bayu menerpa
mengusik hati hampa
pada larut malam
pesta bintang gemintang
kala bulan jadi raja
Saat hati menjerit
berkawan dentingan
dawai-dawai gitar
Kau bagiku
adalah jelmaan puisi
siratan harap nurani
meski batin di dalam
belum lagi berani
(Katon Bagaskara, Paviliun SMP Asisi, Tebet Jakarta 1983)
31 Mar
Puisi dan Aku
Bagiku,
Puisi bukanlah serangkaian kata-kata belaka
Puisi bukanlah karya yang jelek dan amburadul
Puisi bukanlah khayalan belaka
Bagiku,
Puisi adalah kata-kata yang tak pernah ucapkan
Puisi adalah jiwa keduaku
Puisi adalah cinta yang tertaungkan dalam kata-kata
Dan,
Dengan puisi aku merasakan lega di dada
Dengan puisi aku merasakan aku yang seutuhnya
Dengan puisi aku merasakan cinta yang sesungguhnya
Dengan puisi aku merasakan sesuatu yang buruk menjadi baik
Kurangkaikan kembali puisi dengan jemari ini
Dengan jiwa yang baru
20 Mar
Aku dan Puisi
Aku mengenal puisi sekitar kelas 1 SMP melalui sebuah majalah anak-anak dan mulai membuat puisi sekitar pertengah kelas 2 SMP. Namun pada saat itu puisi yang aku tulis masih sangat sederhana dan juga masih sangat singkat sekali dan pada saat itu aku belum memiliki karakter dalam membuat puisi. Pada kelas 2 smp inilah aku mulai untuk mengenal sebuah band yang kebanyakan menghadirkan lirik-lirik lagu yang terkesan romantis yang indah namun mulai redup namanya, band tersebut bernama KLa Project.
Mulai kelas 3 SMP, entah apa hubungan dengan lirik-lirik yang dihasilkan KLa Project (khususnya lirik-lirik dari Katon Bagaskara), aku mulai menentukan arah dalam menulis puisi yang sedikit romantis. Pada pertengaham kelas 3 inilah aku membeli pula sebuah buku kumpulan puisi karya Mas Katon Bagaskara – Bulan di Buai Awan – dan juga mulai sering membaca majalah yang bernama Kaki Langit untuk menambah wawasan tentang puisi – puisi karya orang lain.
Menulis puisi pun berlanjut hingga aku memasuki bangku SMA hingga sekarang. Namun masa-masa di mana aku banyak menulis puisi adalah pada saat aku aku duduk dikelas 3 SMP hingga awal aku duduk di bangku kelas 2 SMA. Banyak puisi-puisi yang aku buat dan juga karakter berpuisiku sudah menemukan jalan yang pasti. Namun sayang dari awal kelas 2 SMA hingga hari ini jarang sekali puisi yang aku buat. Hingga kini, kalu di hitung-hitung aku hanya menciptakan puisi dalam kurun waktu 4 bulan aku menciptakan 1 puisi yang sederhana.
Semua puisi-puisi yang aku ciptakan (kira-kira 98% ) dari SMP hingga hari ini hilang entah kemana dan juga ada juga beberapa puisi yang sengaja aku buang, karena aku merasa tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan.
Namun awal Maret ini, aku berfikir dan berniat untuk membuat kembali puisi-puisi yang sesuai dengan karakter diriku sendiri dan juga untuk tidak menjadi atau mengikuti gaya berpuisi siapapun dan juga aku berniat untuk membuat sebuah buku kumpulan-kumpulan puisi terbaik ku (namun buku ini kemungkinan akan menunggu lebih dari 1 tahun lebih untuk rampung dan jadi). Di blog ini juga akan diusahakan untuk selalu mengadirkan puisi-puisi ku nanti.