Archive for the ‘Puisi’ Category

Kasih

Kasih…

Haruskah aku ucapkan lagi

kata-kata cinta untukmu…

Tak pernah ada Cinta yang lain

selain dirimu….

Aku cinta padamu…

Puisi ‘Unas’

Keringat Darah Bangsaku

by  Soeharno

Di tanah tumpah darahku
Anak bangsa terkapar berkeringat darah
Emosi dan ambisi menghujam di setiap sudut negeri
Pemaksaan dan kebengisan terus terjadi
Beda pendapat bagai timah panas liar tak terkendali
Keringat darah anak bangsa membasahi raga
Keringat darah anak bangsa melumuri jiwa
Nurani dan etika hilang dari peradaban bangsa
Genderang perang terus dikobarkan
Sedumuk batuk, senyari bumi
Demi ambisi, mengapa kita harus berkelahi
Demi ambisi, mengapa keramahan anak bangsa kita habisi
Demi ambisi, mengapa kebrutalan dan kecongkaan, kita biarkan terus…terus dan terus terjadi
Demi ambisi, mengapa anarkisme dan kekerasan, kita biarkan terus…terus dan terus terjadi
Wahai pengayom dan pelindung anak bangsa, dimana posisimu
Wahai pengayom dan pelindung anak bangsa, sadar dan bangkitlah
Bangkit dan tegakkan hukum di negeri ini
Bertindaklah adil dan tegas, walau kadang diludahi dan dicaci maki
Sadarlah bangsaku, insyaflah pemimpinku
Bertindak arif sangatlah bijaksana
Demi masa depan anak cucu, bangsa dan negara
.

Puisi

Potongan puisi Hok Gie yang sempat tercecer, baru muncul di harian Sinar Harapan 18 Agustus 1973. Judulnya “Pesan” dan cukilan pentingnya berbunyi:

Hari ini aku lihat kembali

Wajah-wajah halus yang keras

Yang berbicara tentang kemerdekaaan

Dan demokrasi

Dan bercita-cita

Menggulingkan tiran

 

Aku mengenali mereka

yang tanpa tentara

mau berperang melawan diktator

dan yang tanpa uang

mau memberantas korupsi

 

Kawan-kawan

Kuberikan padamu cintaku

Dan maukah kau berjabat tangan

Selalu dalam hidup ini?

KAU DAN PUISI

 

Kau bagiku

adalah jelmaan puisi

kerap kutemui

pada raut pagi

di antara daun basah

dan bau tanah lembab,

senyum matahari

merah tembaga mega

di cakrawala,

semilir bayu menerpa

mengusik hati hampa

 

pada larut malam

pesta bintang gemintang

kala bulan jadi raja

Saat hati menjerit

berkawan dentingan

dawai-dawai gitar

 

Kau bagiku

adalah jelmaan puisi

siratan harap nurani

meski batin di dalam

belum lagi berani

 

 

(Katon Bagaskara, Paviliun SMP Asisi, Tebet Jakarta 1983)

Puisi dan Aku

Bagiku,

Puisi bukanlah serangkaian kata-kata belaka

Puisi bukanlah karya yang jelek dan amburadul

Puisi bukanlah khayalan belaka

Bagiku,

Puisi adalah kata-kata yang tak pernah ucapkan

Puisi adalah jiwa keduaku

Puisi adalah cinta yang tertaungkan dalam kata-kata 

Dan,

Dengan puisi aku merasakan lega di dada

Dengan puisi aku merasakan aku yang seutuhnya

Dengan puisi aku merasakan cinta yang sesungguhnya

Dengan puisi aku merasakan sesuatu yang buruk menjadi baik 

Kurangkaikan kembali puisi dengan jemari ini

Dengan jiwa yang baru

Aku dan Puisi

Aku mengenal puisi sekitar kelas 1 SMP melalui sebuah majalah anak-anak dan mulai membuat puisi sekitar pertengah kelas 2 SMP. Namun pada saat itu puisi yang aku tulis masih sangat sederhana dan juga masih sangat singkat sekali dan pada saat itu aku belum memiliki karakter dalam membuat puisi.  Pada kelas 2 smp inilah aku mulai untuk mengenal sebuah band yang kebanyakan menghadirkan lirik-lirik lagu yang terkesan romantis yang indah namun mulai redup namanya, band tersebut bernama KLa Project.

Mulai kelas 3 SMP, entah apa hubungan dengan lirik-lirik yang dihasilkan KLa Project (khususnya lirik-lirik dari Katon Bagaskara), aku mulai menentukan arah dalam menulis puisi yang sedikit romantis. Pada pertengaham kelas 3 inilah aku membeli pula sebuah buku kumpulan puisi karya Mas Katon Bagaskara – Bulan di Buai Awan – dan juga mulai sering membaca majalah yang bernama Kaki Langit untuk menambah wawasan tentang puisi – puisi karya orang  lain.

Menulis puisi pun berlanjut hingga aku memasuki bangku SMA hingga sekarang. Namun masa-masa di mana aku banyak menulis puisi adalah pada saat aku aku duduk dikelas 3 SMP hingga awal aku duduk di bangku kelas 2 SMA. Banyak puisi-puisi yang aku buat dan juga karakter berpuisiku sudah menemukan jalan yang pasti. Namun sayang dari awal kelas 2 SMA hingga hari ini jarang sekali puisi yang aku buat.  Hingga kini, kalu di hitung-hitung aku hanya menciptakan puisi dalam kurun waktu 4 bulan aku menciptakan 1 puisi yang sederhana.

Semua puisi-puisi yang aku ciptakan (kira-kira 98% ) dari SMP hingga hari ini hilang entah kemana dan juga ada juga beberapa puisi yang sengaja aku buang, karena aku merasa tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan.

Namun awal Maret ini, aku berfikir dan berniat untuk membuat kembali puisi-puisi yang sesuai dengan karakter diriku sendiri dan juga untuk tidak menjadi atau mengikuti gaya berpuisi siapapun dan juga aku berniat untuk membuat sebuah buku kumpulan-kumpulan puisi terbaik ku (namun buku ini kemungkinan akan menunggu lebih dari 1 tahun lebih untuk rampung dan jadi). Di blog ini juga akan diusahakan untuk selalu mengadirkan puisi-puisi ku nanti.